Kamis, 29 Oktober 2015

Sejarah Desa Bunder

Kesempurnaan Hanyalah Milik Allah, Segala Kekurangan Milik Pribadi Manusia

Pada sekitar tahun 1500 M,waktu gunung ciremai masih disebut Gunung Gede dan  keadaan tanah Cirebon masih hutan belantara.Gunung Gede ini di jadikan tempat sidang para wali dalam mengatur siasat menyabarkan Agama Islam.


Tempat siding itu oeh Cirebon disebut Mecereman,
yaitu dari asal kata Carem ( Musyawarah ).
Dan kata carem itu kemudian menjadi Ciremai,
sehingga nama Gunung Gede menjadi Gunung Ciremai.

       Sunan Gunung Jati sebagai Sultan Cirebon bertempat di Gunung Amparan Jati atau Gunung Sembung sekarang.Setiap sunan Gunung Jati bepergian selalu mengajak abdi / pengawalnya yang bernama Ki Konda.Ketika sunan Gunung jati dan KI Konda pulang dari Gunung Ciremai sehabis menghadiri siding para wali Sembilan / Wali Songo, beliau kemalaman di perjalanan. Sehingga harus bermalam di suatu tempat bersama ki konda, ketika sunan gunung jati dan ki konda mengerjakan sholat malam, sayup-sayup terdengar suara tangisan bayi. Setelah selesai sholat sunan gunung jati mengajak ki konda untuk mencari bayi yang menangis itu. Ki konda menduga suara tangis bayi itu mungkin dari bangsa makhluk halus, namun sunan gunung jati hawatir barang kali bayi itu berasal dari keluarga tergolong miskin rakyatnya.

       Karna suara  tangis bayi yang terdengar pada waktu beliu sholat hanya terdengar suara sayup-sayup, sehingga dalam pencarian tidak segera di temukan. Setelah lama mencari suara tangis bayi ternyata suara tangisan bayi itu berada dalam batu tempat sholat sinuhun sunan gunung jati maka batu besar itu dibelah dengan pusaka sinuhun sunan gunung jati, batu terbelah menjadi dua sama besarnya dan di dalamnya terdapat seorang bayi laki-laki yang tanpan rupawan.bayi itu di berinama oleh sunuhun sunan gunung jati dengan nama selapada, sela artinya batu pada artinya sama ( bahasa jawa ). Adapun tempat batu tadi dinamakan blok batu lawang, sedangkan padukuhannya dinamakan padukuhan watu belah ( watu = batu, belah =  yang terbelah ).

       Bayi tadi oleh sinuhun sunan gunung jati diberikan kepada ki konda agar diasuh sebagai mana layaknya anak sendiri. Kebetulan sekali ki konda tidak mempunyai anak sehingga ki konda menerimanya dengan senang hati. 

       Semenjak selapada diasuh oleh ki konda, ia dididik dengan ajaran agama islam karena ki konda mengharapkan putranya itu menjadi orang yang mau memperjuangkan agama islam, berbudi luhur dan dapat dipercaya.disamping otaknya yang cerdas juga memiliki wajah yang tampan dan rupawan, sehingga ki konda takhenti-hentinya memuji syukur pada Allah Swt. Selapada sangat taat terhadap orang tua segala perintah dan larangannya dilaksanakan dengan baik.

      Pada suatu hari ki konda mendapat kabar bahwa kanjeng gusti  sinuhun sunan gunung jati akan datang berkunjung kepadukuhan ki konda sekaligus menengok keadaan selapada. Untuk itu ki konda mmengadakan persiapan-persiapan khusus seperti melaksakan kebersihan umum, perbaikan lorong-lorong dan sebagainya. 

      Kepada selapada ki konda memberi tugas agar kebun-kebun dan tanaman bersihkan supaya tampak indah. Mendengar perinth ayahnya selapada segera melaksanakannya, semua pepohonan dan bunga-bunga dibersihkan tidak ada yang ketinggalan.

      Setelah ki konda melihat hasil pekerjaannya selapada  ki konda menggeleng-gelenngkan kepalanya karena anaknya salah pengertian, yaitu yang sebenarnya hanya rerumputan yang harus dibersihhkan tetapi nyatanya semua dibersihkan termasuk  pepohonan dan bunga-bunga,  ki konda  merasa ikut bersalah karena dalam memberikan tugas tidak jelas.walau demikian ki konda  tidak marah,wajah ki konda cukup memerah menandakan kekecewaan. Melihat roman wajahnya berbeda dengan biasanya, selapada mengerti bahwa ayahnya sedang kecewa.

      ketika ayahnya datang mendekat, selapada terus mengambil pepohonan dan bunga-bunga tersebut yang sudah di babat tadi dan ditanamkan kembali pada tempat semua, kemudian selapada melarikan diri karena takut. Melihat selapada melarikan diri ki konda berusaha mengejarnya dengan tujuan untuk menyampaikan bahwa ki konda tidak marah karena ia sendiri yang salah tidak jelas memberikan perintah, namun selapada terus berlari meninggalkan ayahnya.    karena selapada larinya sangat cepat ki konda tidak dapat mengejarnya dan kembalilah ki konda pulang. Sesampainya dirumah bukan main kagetnya ki konda melihat tanaman yang baru ditanam selapada telah tumbuh kembali ( terus bersemi ). Dari kata terus semi kini tempat tersebut dinamakan Trusmi.

      Karena penasaran, keesokan harinya ki konda berangkat lagi untuk mencari anaknya. Pada waktu itu ki konda sedang berjalan melihat seorang anak mlekanting dari dalam tanah (mlekanting = meloncat ). Selanjutnya tempat itu disebut PLEKANTINGAN. Di tempat ini ki konda tiduran (sarean/ sare =bahasa jawa) sehingga tempat itu dikenal dengan sebutan Buyut Sare.
Rasa penasaran ki konda sebelum menemukan anaknya kembali selalu menyelimuti hatinya keesokan harinya lagi-lagi berangkat untuk mencari anaknya yang disayanginya tetapi sebagaimana hari-hari yang lalu pada hari itu juga ki konda tetap tidak dapat bertemu  dengan selapada. Ditempat beliau sehingga ki konda member nama MAJASRI.

     Perjalanan selapada yang sudah tiga hari meninggalkan ayahnya dengan tanpa tujuan itu hanya menurutkan angkah kakinya siang malam terus berjalan tidak mengenal lelah serta tidak makan dan minum, hatinya sedih karna telah membuat kecewa orang tuanya yang selama ini mengasuh dan membimbingnya dengan kasih sayang. Selama perjalanan selalu kepada nasehat orang tuanya, sehinga selapada berjanji dalam hatinya bahwa selapada akan berbuat kebaikan serta mengajarkan agama islam. Akhirnya sampai disuatu perkampungan selapada beristirahat untuk melepaskan letih dan lelahnya. Dikampung itu selapada bertemu dengan seorang wanita yang bernama NYI JUANTI hati nya merasa senang karna dapat berkenalan dengannya, bahkan ketika selapada menyampaikan perasaan seneng.lalu selapada memohon diri kepada nyi juanti untuk melanjutkan perjalanan dan selapada berjanji akan kembali kampung itu untuk memperistri nyi Juanti.

        Dalam perjalanan pengembaraanya selapada membawa misi menyebarkan ajaran agama islam ke berbagai desa yang dilaluinya seperti Desa :
1.      HEULEUT
2.      WATU BELAH
3.      LUWIH SENENG

Sehingga sampai kearah daerah sebelah barat yaitu sekitar tepi sungai Cikeruh, terus ke utara bagian daerah indramayu yaitu desa junta dan Balongan terus berputar kearah selatan sampai ke penawar jati ( sekarang tempat itu di beri nama Desa Jaipura ).
Di penawar jati ini selapada mengembangkan syiar agama islam yang mendapat sambutan menggembirakan dari penduduk setempat. Teringat akan Nyi Juanti maka selapada berangkat kekampung Luwih Seneng. Nyi Juanti di persunting dan di boyong ke penawar jati selapada terus membuat padukuhan di sebelah selatan penawar jati di tempat itu selapada memiliki banyak santri.
Untuk mengenang masa pengembaraannya dari padepokan arah timur selapada pergi menuju keselatan, dan lalu memutar ke arah barat terus ke utara sehingga sampai ke tempat asal. Oleh karena itu pengembaraannya boleh dikatakan seperti CAKRA MANGGILINGAN berputar melingkar ( WIS TEPUNG GELANG ). Makna dari istilah ini pedukuhan itu di sebut BUNDER yang artinya karena pengembaraannya tepung gelang, sedangkan bentuk gelang itu Bunder ( BUNDER = Bahasa Jawa ).                     
Blog Desa Bunder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar